Langsung ke konten

Langsung ke daftar isi

Ke Mana Kita Bisa Mencari Bimbingan?

Ke Mana Kita Bisa Mencari Bimbingan?

Ke Mana Kita Bisa Mencari Bimbingan?

SIAPA yang bisa menuntun kita ke jalan menuju kesuksesan sejati​—bukan secara sekuler melainkan sebagai pribadi seutuhnya? Seperti yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, kesuksesan sejati, setidak-tidaknya, harus dihubungkan dengan prinsip-prinsip etika yang benar dan tujuan yang luhur dalam kehidupan​—hal-hal yang tidak bergantung pada ketenaran, kekayaan, atau kekuasaan.

Di mana kita bisa menemukan prinsip-prinsip yang benar dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang tujuan hidup? Apakah dengan mencarinya dalam diri kita? Kita harus menerima kenyataan​—sebagai manusia yang tidak sempurna, kita terus mengejar kesia-siaan yang digambarkan Alkitab sebagai ”keinginan daging, keinginan mata, dan pameran sarana kehidupan seseorang”. (1 Yohanes 2:16) Itu bukan jalan yang menuju kesuksesan yang sejati melainkan yang semu dan berujung pada kekecewaan dan ketidakbahagiaan. Maka tidak heran, banyak orang berpaling kepada Pencipta kita untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam tentang kehidupan. *

Haruskah Kita Berpaling kepada Allah?

Mengapa masuk akal untuk berpaling kepada Pencipta kita? Ia tahu mengapa Ia membentuk kita dan, oleh karena itu, Ia tahu apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup kita. Ia juga tahu bagaimana Ia membentuk kita​—secara fisik, mental, dan emosi. Jadi, Allah tahu prinsip-prinsip yang paling baik untuk membimbing manusia. Selain itu, Allah adalah teladan terbesar dalam hal kasih, dan karena itu Ia ingin kita benar-benar bahagia dan sukses. (1 Yohanes 4:8) Di mana kita bisa mencari bimbingan-Nya yang pengasih? Dalam Alkitab, yang disediakan Allah bagi kita dengan menggunakan sekitar 40 orang penulis, atau sekretaris. * (2 Timotius 3:16, 17) Namun, bagaimana kita bisa yakin akan bimbingan yang terdapat dalam kitab tersebut?

”Hikmat dibuktikan adil-benar oleh perbuatannya”, atau hasilnya, kata Yesus Kristus, wakil Allah yang terkemuka. (Matius 11:19; Yohanes 7:29) Hikmat ilahi menuntun kita di sepanjang jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan yang langgeng​—”seluruh haluan mengenai apa yang baik”​—sedangkan hikmat manusia yang mengabaikan Allah berujung pada kegagalan dan ketidakbahagiaan.​—Amsal 2:8, 9; Yeremia 8:9.

Pikirkan tentang era hippie, yang muncul di panggung dunia pada tahun 1960-an. Dengan menolak standar dan wewenang generasi yang lebih tua, banyak hippie mempromosikan, antara lain, penggunaan narkoba, filsafat hidup-untuk-hari-ini, dan seks bebas. Namun, apakah haluan hidup itu benar-benar bijaksana? Apakah haluan itu membuat kehidupan orang benar-benar bertujuan dan memberikan standar etika yang menghasilkan kedamaian batin yang sejati dan kebahagiaan yang langgeng? Sejarah rupanya menunjukkan bahwa gaya hidup ini tidak mengubah orang menjadi lebih baik tetapi turut menyebabkan kemerosotan moral masyarakat yang berkelanjutan.​—2 Timotius 3:1-5.

Kontras dengan filsafat manusia, hikmat Alkitab terbukti selalu bermanfaat, tak lekang dimakan waktu. (Yesaya 40:8) Seraya Anda membaca artikel berikut, Anda akan melihat alasannya, karena artikel tersebut membahas enam prinsip Alkitab yang telah membantu jutaan orang dari hampir segala bangsa untuk benar-benar bahagia dan sukses​—tidak soal status ekonomi atau sosial mereka.

[Catatan Kaki]

^ par. 5 Lihat edisi khusus majalah ini, November 2007, yang mengulas tema ”Dapatkah Anda Mempercayai Alkitab?” Artikel-artikel dalam terbitan itu menyajikan bukti arkeologis, sejarah, sains, dan bukti-bukti lain bahwa Alkitab benar-benar diilhamkan Allah.

[Kotak di hlm. 5]

 BEBERAPA KEPERCAYAAN YANG MENURUNKAN NILAI KESUKSESAN

Banyak orang menyatakan bahwa tidak ada Allah dan bahwa kehidupan adalah hasil evolusi yang tidak berakal. Jika pandangan ini benar, kehidupan adalah semata-mata produk serangkaian kejadian kimiawi dan biologis yang kebetulan, dan upaya kita mencari tujuan dan prinsip-prinsip universal sama sekali tidak ada artinya.

Yang lain-lain percaya bahwa Allah menciptakan kita lalu meninggalkan kita. Pendapat ini seakan-akan membuat kita seperti anak yatim piatu rohani, lagi-lagi tanpa tujuan hidup dan standar-standar yang benar. Perhatikan: Allah memberi setiap anggota spesies binatang hikmat naluriah yang diperlukan agar dapat memenuhi fungsi mereka di alam ini. Alhasil, hikmat-Nya yang teramat dalam tampak nyata di dunia sekitar kita. Apakah Pencipta yang sama itu akan membentuk kita lalu membiarkan kita meraba-raba dalam kegelapan? Pasti tidak!​—Roma 1:19, 20.

Dengan menganggap bahwa upaya kita dalam mencari tujuan dan prinsip-prinsip universal itu sia-sia, para ahli filsafat yang ateis justru menurunkan nilai kesuksesan.

[Gambar di hlm. 5]

Hikmat yang terdapat dalam Alkitab terbukti benar dari hasilnya yang baik